Selasa, 18 Maret 2008

Reuni Akbar SMAN 10 Bandung 1969-2008

Foto bersamateman2 seangkatan

Ibu Tati Rayati, yang dulu berhasil mengajak siswa bertualang ke masa silam dengan cara menyenangkan, tanpa harus repot2 ngafalin tahun. Learning history should not be boring.

Panggung live music di lapangan basket. Latar belakang adalah mesjid Luqman. Dulu saat pertama kali masuk SMA X, siswa baru disuruh bawa batu bata satu biji.

Acara reuni SMAN X tgl 16 Maret kemaren bener2 terasa ‘reuni beneran’. Gak tanggung2, empatpuluh angkatan dari tahun 1969 sampe 2008 tumplek di kampus SMAN X Jalan Cikutra 77, Bandung. Dari lulusan yang sudah jompo sampe yang masih oven fresh terlihat lalu lalang di seantero kampus. Orang2 berjabatan tangan, berpelukan kayak teletubbies, sambil keliling2 melihat tempat2 belajar, bermain, pacaran, ngeband, uniko, macok, darmaji, dll. Untuk anda yg belum tahu, uniko singkatan dari usaha nipu kolot (usaha menipu orang tua, misalnya minta uang buat beli buku seharga rp 5000, padahal harganya cuma 3500, dan bukunya pun kadang gak dibeli, walaupun uangnya sudah cair dari ortu). Macok (arti sebenarnya ‘mematuk’, seperti ayam atau ular) adalah membelanjakan uang sekolah untuk keperluan sendiri. Darmaji adalah singkatan dari dahar lima ngaku hiji (makan lima ngaku satu), ini hanya terjadi di kantin, membayar tidak sesuai dengan apa yang ditelan. Sebetulnya ada lagi yang lebih parah, yaitu ambil makanan di kantin, dan langsung minta kembalian sama si Ibu Adang sang penjaga kantin yang baik hati itu. Lah? Bayar aja belom!!! Istilah2 seperti gosing, ngenca, ngabondon, dll yang tidak senonoh, tidak akan diuraikan disini.

Ada sesuatu yang menyesak di dalam dada saat saya mulai memasuki kompleks sekolah. Penampilan fisik sudah banyak berubah, walaupun masih diketahui “lebah mana lebah mana na”. Di pintu gerbang, saya ingat… di sanalah ada salah satu wakil kepala sekolah yang setia menyambut (baca: mencegat) siswa setiap pagi. Siswa yang seragamnya aneh, rambut atau asesorisnya tidak sesuai, dll pasti terjaring. Saya dulu punya kucir (seukuran jempol monyet). panjang sampai sepunggung. Tiap pagi saya tempel pake tensoplast ke tengkuk. Alhamdulillah, selalu lolos. Belakangan, kucir ini dipotong oleh panitia opspek di Unpad, tanpa alasan yang jelas. Biasa, senior unjuk kuasa.

Acara reuni berlangsung seru. Ada panggung di lapangan basket. Ada tenda2 jualan macam2, mulai dari colenak Pak Murdi, mie Mas Jarot (enak euy!), sampai ke properti (kali aja ada peserta reuni yang mau sekalian beli rumah). Ada panggung live music, menampilkan band2 legendaris pada masanya macam Mat Bitel, dll. Foto2 lawas juga ditampilkan lewat dua buah LCD screen di atas panggung. Selain itu ada juga orang2 yang berpakaian zaman dulu hilir mudik (pake baju ambtenaar, jas beskap, ada juga yang nuntun sepeda kumbang), semuanya mencoba menggiring suasana ke zaman baheula. Acara remeh temeh sambutan dari orang2 sukses dari kalangan militer maupun sipil bergantian ngasih one or two broken words -sepatah dua patah kata. Saya nggak lihat Ginanjar yang konon sponsor utama dari acara ini.

Saat pentas musik berlangsung, sebagian ada yang masuk ke kelas2 dan membentuk perkumpulan tiap angkatan. Jadi mengerucut, tiap angkatan ada koordinatornya dan merencanakan pertemuan2 selanjutnya. Di kelas, saya terharu melihat kawan2 seangkatan. Ada yang masih single, ada yang sudah janda, ada yang berjanggut lebat, ada yang kurus dan cekung dan kayaknya tua sebelum waktunya. Ada juga kawan2 yang dulunya lincah, sekarang murung. Ada yang dulunya segar dan ceria, sekarang berubah setelah ternoda. Oh…

Ada bbrp orang yang saya harapkan bisa ketemu dalam acara reuni ini, tapi nggak ada:

Bebep Hikmawan, Unan Junjunan, Permana Chandra, Dwi Santoso, Julianus Tarigan (para pemain band Big Bang, Sgt Pepper’s Lonely Hearts Club Band, Chandrasa)

Chendra Andarya, Mamat Durmawel, Sri Satriaty, Nunung Nurjanah, Nina Triyana, Ana, Ane, Cucu, Aneng, Enung, Imas, Novi (teman2 kelas A4 yang cuma 14 gelintir)

Susyana, Yul Hamiyati, Winda Esteli (adik kelas yang lucu… sayang waktu itu saya belom masa puber)

Bu Nanan, Bu Gondo, Bu Iin (Ibu guru yang memberi kita ilmu… )

Di manakah mereka sekarang?

Tidak ada komentar: