Jumat, 09 November 2007

A Tribute to Queen


Setelah sekian lama saya gak nonton live music (dan banyak hal lain yang saya sukai), tadi malam saya nonton acara WE WILL ROCK YOU: A Tribute to Queen. Acaranya di Mario's Place Cikini, organized by komunitas I-Rock.

Acaranya mulai jam 19.30. Saya sengaja nggak pulang dulu ke tempat kost, untuk menghindari kemacetan. Pinginnya sih mandi dulu dan pake kaos Queen Hot Space dari YP. Saya juga ingin nonton bersama dengan my significant other, tapi gak bisa. Jadi saya berangkat sendiri aja.

Sesampainya di Menteng Huis, Mario's Place masih sepi. Selama beberapa menit saya coba mondar mandir sambil berharap bisa ketemu orang yg saya kenal. Serombongan orang Freeport datang dan langsung masuk. Wah, naga2nya bakalan penuh nih. Saya pun langsung masuk setelah mereka.
Ternyata benar, separuh ruangan sudah penuh, dan semua meja sudah ditandain RESERVED. Pantesan saat siangnya saya nelepon Mario's Place buat reservasi, mereka bilang "Acara malam ini walk in saja", lha wong semua meja sudah reserved gitu loh.



Melihat pengisi acara ini, Brawijaya Band dan Tony Wenas (Solid 80), saya menebak bahwa ini akan jadi ajang nostalgia. Walau demikian, saya tetap berharap akan ada beberapa sajian fotocopy performance Queen yang cukup baik.

Acara dimulai dengan penampilan Brawijaya. Cukup lumayan, walaupun suara vokalisnya keteteran. Hehe, Freddie dilawan! Beberapa lagu favorit saya yang mellaw mellow dibawakan dengan baik, macam My Melancholy Blues, Love of My Life, dan You Take My Breath Away (walaupun untuk lagu yg terakhir ini, saya bisa perform lebih baik, I guess).




Kemunculan Lilo (eks KLa Project) membuat suasana berubah. Dengan iringan dua gitar akustik, Lilo menyanyikan beberapa lagu manis macam '39, All Dead, All Dead, dan Who Needs You. Intermezzo dari Lilo dan obrolan di sela lagu (termasuk curhat soal hubungannya dengan Kla Project membuat suasana semakin hangat dan akrab.

Jeda sejenak, diisi dengan trivia kuis "Siapakah pacar Freddie Mercury?" (dan dijawab dengan tepat oleh seorang perempuan berjilbab, "Mary Austin!"). Saya berharap ada kuis lain supaya saya bisa dapat CD dari EMI. Tapi rupanya kuisnya cuma sekali. Lain kali jangan cuma nyiapin 1 CD dong!

Acara dilanjutkan dengan penampilan Once. Vokalis Dewa 19 ini langsung menggebrak dengan Tie Your Mother Down. Sebagian hadirin dan hadirot (termasuk saya) langsung lupa diri dan menghambur ke sisi panggung. Once menggeber penampilannya dengan hits Queen macam Killer Queen, I Want to Break Free, dan Save me.




Penampilan Once malam itu lumayan lah. Stage act yg lumayan dan gurauan bersayap ("Kalian ini penggemar Queen atau Ratu?") bikin suasana benar2 menyenangkan. Lilo pun lalu naik lagi dan membawakan beberapa lagu macam Another One Bites the Dust dan Radio Ga Ga. Pada bagian refrain lagu ini semua penonton mengangkat kedua tangan ke atas dan bertepuk seperti dalam video klipnya. Mungkin yang kurang cuma masker gasnya aja kaleeee...



Sebagai penutup, pertunjukan diisi dengan penampilan All Stars: Brawijaya Band, Once, Lilo, Kadri, dan siapa lagi entah. Pokoknya panggung jadi penuh sesak. Mirip suasana panggung Freddie Mercury Tribute Concert di Wembley saat Liza Minelli nyanyi. Semua ingin tampil, mau nyanyi atau nggak, yang penting mejeng di atas panggung. Hehe, kapan lagi bisa sepanggung sama LiLo & Once? Lagu2 yang dibawakan pun memang lagu2 yang memang perlu dikeroyok, macam Bohemian Rhapsody, dan Keep Yourself Alive.



Yang penampilannya perlu mendapat pujian malam itu adalah lead guitarist Brawijaya. Sayatan gitarnya sudah boleh dibilang foto copy Brian may & Red Specialnya. Beberapa bagian permainan lead guitarnya sempat bikin saya merinding saat band Brawijaya membawakan lagu Innuendo dan Somebody to Love. Penampilan personil Brawijaya yang lain, lumayan lah, kalo tidak mau dibilang foto copy yang buram. Seorang penonton malah berkomentar, penampilan Brawijaya itu "band kampus banget...!" :)




Paduan suara Alumni Trisakti yang mengisi backing vokal mungkin akan terdengar lebih bagus kalau tersedia cukup banyak mikrofon. Sayang kan kalo pengisi backing vokal sebanyak itu, dengan harmonisasi yang brilian, tapi tidak 'bunyi' gara-gara jumlah mikrofon yang sangat terbatas (satu buah, setidaknya itu yg terlihat dari arah penonton).

Sepanjang pertunjukan, hampir semua penonton ikut menyanyikan lirik lagu yang dibawakan. Bahkan terdengar penonton ikut menyanyikan lirik backing vokal yang biasanya luput dari perhatian untuk dinyanyikan (macam "He just keeps losing and losing" dari lagu Somebody to Love) atau ikut mengoreksi permainan solo wandering minstrel gitar Steve Howe dalam Innuendo. Ini menandakan bahwa yang hadir menonton benar2 para penggemar Queen kronis.

Freddie boleh tiada. Queen boleh tambal sulam. Tapi musik Queen tetap abadi dan digemari tua muda. Saya bisa lihat yang kemaren hadir tidak hanya golongan generasi 70 dan 80an saat Queen mencapai puncak kejayaan. Ada juga ABG dan anak2 yang terlihat ikut hanyut dengan suguhan lagu2 Queen. Seorang kawan lama heran dengan kesetiaan saya menyukai
Queen, "Masih seneng aja sama Queen?". Saya jawab, "Queen is a part of my teenage years!"



Bravo I-Rock. Keep up the good work!


It was a worthwhile experience (Queen: Was It All Worth It?)

Tidak ada komentar: